Senin, 20 Oktober 2008

25 Persen Penduduk Indonesia Terganggu Jiwanya

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan, sekitar 25 persen penduduk Indonesia mengalami gangguan neurotik, yakni gangguan kesehatan jiwa seperti depresi dan psikosomatik yang selama ini kurang dikenali masyarakat.

"Itu berarti dari setiap empat orang penduduk ada satu orang terkena gangguan neurotik. Angka yang fantastik, tapi kurang disadari masyarakat," kata Menteri Kesehatan dalam sambutan tertulis yang dibacakan Dirjen Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, Farid W Husain, pada peringatan Hari Kesehatan Jiwa se-Dunia tingkat nasional di halaman Balaikota Bogor, Senin.

Dikatakan Menkes, berdasarkan data tersebut, jika penduduk Kota Jakarta sekitar 10 juta jiwa, maka dua juta jiwa di antaranya mengalami gangguan neurotik.

Menurut dia, banyak orang di Indonesia tidak menyadari jika dirinya mungkin termasuk kelompok penduduk yang mengalami masalah kesehatan jiwa.

"Masalah kesehatan jiwa, bukan hanya gangguan jiwa ekstrim seperti psikotik atau gelandangan. Skizofrenia yang masih menjadi fenomena gunung es, juga merupakan gangguan kesehatan jiwa," katanya.

Penduduk yang terkena skizofrenia diperkirakan satu orang dari setiap 1.000 orang penduduk.

Kelompok ganggun kesehatan jiwa lainnya, kata dia, adalah neurotik, yang jumlahnya fantastis, tapi kurang disadari masyarakat.

Dikatakannya, masalah kesehatan jiwa adalah masalah yang sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat, yang tidak mungkin ditangani oleh pemerintah saja, tapi harus ditangani oleh multi sektor termasuk masyarakat.

Pembangunan sumber daya manusia (SDM), kata dia, tidak hanya memperbaiki asupan gizi seimbang saja, tapi harus melihat bahwa manusia terdiri dari tiga aspek yang tidak terpisahkan.

Ketiga aspek tersebut adalah, aspek fisik atau jasmani (organi biologis), mental, emosional atau kejiwaan (psiko-edukatif), serta aspek soial budaya atau lingkungan (sosio-kultural).

"Ketika aspek tersebut harus dibangun secara seimbang dan terintegrasi. Jika salah satu dari ketiga aspek tersebut terabaikan, maka upaya membangun SDM yang utuh hanya harapan," katanya.

Pada peringatan Hari Kesehatan Jiwa se-Dunia 2008, Menkes mengimbau dan menegaskan kepada semua pihak untuk memperhatikan dan melaksanakan pesan kesehatan jiwa Indonesia.

Pertama, kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan. Tidak ada kesehatan, tanpa kesehatan jiwa.

Kedua, Status kesehatan jiwa individu sangat menentukan kualitas hidup, sehingga sudah saatnya mendapat perhatian khusus. Status kesehatan yang buruk, akan menurunkan indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia.

Ketiga, kesehatan jiwa harus terintegrasi dalam semua aspek kesehatan, kebijakan publik, perencanaan sistem kesehatan, serta pelayanan kesehatan dasar, dan rujukan.

Dari pesan-pesan tersebut, kata dia, sudah ada beberapa wilayah yang melaksanakannya, misalnya di Kelurahan Sindangbarang Kota Bogor, Jakarta Barat, serta di delapan kabupaten/kota di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.

Sumber kompas.com

Tidak ada komentar: